Senin, 21 Maret 2016

GENERASI IPLF 2016 GENERASI RESEPTOR ISMAFARSI



Indonesian Pharmaceutical Leadership Forum (IPLF) atau yang lebih dikenal dengan nama lawasnya yaitu Latihan Kepemimpinan Managerial Mahasiswa Farmasi tingkat III (LKMMF III) merupakan salah satu dari program kerja staff Ahli Profesi dan Development ISMAFARSI yang dilaksanakan selama 3 hari yaitu selama 18 – 21 Februari 2016 dengan STIFAR Riau yang bertindak sebagai tuan rumah pelaksana. Pekanbaru adalah kota yang dikenal sebagai Kota Lancah Kuning ini menjadi saksi bisu lahirnya kader – kader muda (Golden Generation) ISMAFARSI. Bertempat di Mona Plaza Hotel, sebanyak 82 mahasiswa/mahasiswi Farmasi Strata 1 yang terdiri dari 36 Perguruan Tinggi Farmasi Negeri maupun Swasta digembleng untuk menjadi penerus tonggak kepemimpinan ISMAFARSI.
 
gambar 1 : screening IPLF 2016
            IPLF 2016 di awali dengan screening peserta yang dilakukan oleh Badan Pengawas dan Badan Pengurus Harian di ISMAFARSI. Screening sendiri dilakukan untuk melihat kesiapan peserta sebelum mengikuti IPLF 2016 ini. Dalam proses screening terdiri dari empat pos, yakni pos ke-ISMAFARSI-an, pos isu kefarmasian, pos non isu (keadaan LEM bersangkutan dan kabinet ideal untuk ISMAFARSI), serta pos pengembangan diri. Proses screening sendiri berlangsung mulai dari tanggal 18 Februari pukul 13.00 WIB hingga 19 Februari 2016 pukul 03.00 WIB. Selain melalui proses screening persiapan peserta dalam mengikuti IPLF 2016 ini juga dilihat dengan pretest yang dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2016 pukul 7.30 WIB. Disela – sela proses screening, para peserta memperoleh materi mengenai Self Branding. Dari materi ini saya mendapatkan kesimpulan bahwa setiap individu haruslah menciptakan branding nya sendiri-sendiri. Branding tiap individu haruslah unik, sulit untuk ditiru, kreatif, dan mudah dikenal. Kegiatan IPLF 2016 dibuka dengan sambutan yang hangat dari tuan rumah, STIFA Riau. Budaya khas Melayu kental dalam pembukaan acara ini. Mulai dari pakaian adat yang dikenakan oleh pembawa acara hingga suguhan paduan suara yang menyanyikan lagu daerah khas Pekan Baru.
            Dihari kedua pelaksanaan IPLF 2016 peserta memperoleh banyak sekali pengetahuan baru yang disampaikan oleh orang-orang luar biasa di kalangannya, diantaranya adalah Kontektualisasi Peranan Partisipasi ISMAFARSI terhadap Peningkatan Mutu Kefarmasian Indonesia disampaikan oleh Ketua APTFI, Ideologi Politik Strategi dan Taktik disampaikan oleh anggota DPD RI, Advokasi dan Advokasi Media disampaikan oleh Media Massa Riau dan TV Nasional, Apa Kabar Apoteker Indonesia disampaikan oleh Ketua IAI, dan Prospek Pergerakan Mahasiswa di Era Globalisasi disampaikan oleh Presma Universitas Riau.
            Pada Materi pertama yang disampaikan oleh Ketua APTFI yaitu Prof. Daryono Hadi Tjahjono, terbersit sebuah harapan kepada setiap PTN maupun PTS untuk memiliki Program Studi Pendidikan Apoteker (PSPA) hal ini dikarenakan agar tidak adanya lagi lulusan Strata 1 Farmasi yang “Menganggur” lantaran menunggu pembukaan pendaftaran PSPA di perguruan tinggi lain. “Dengan adanya PSPA tersebut semoga harapan kami untuk menyamakan kurikulum bisa terealisasikan”, menurut pak Daryono selaku Ketua APTFI yang disampaikan pada para peserta IPLF 2016 pada 19 Februari 2016. Namun, dalam pernyataan tersebut dirasa masih ada kekurangan yaitu bagaimana dengan nasib perguruan tinggi yang masih terakreditasi C. Dalam pengajuan permohonan pembukaan sebuah PSPA salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah terakreditasi B, penerapan PSPA di setiap perguruan tinggi akan menghadapi jalan dengan banyaknya batu kerikil ini disebabkan tidak adanya batasan dari para stakeholder dalam memberikan izin pendirian program studi Farmasi baru sehingga fenomena yang terjadi adalah menjamurnya program studi farmasi yang terakreditasi C.
 
gambar 2 : foto bersama ibu Intsiawati Ayus SH., MH 

Materi selanjutnya yaitu disampaikan langsung oleh anggota DPD RI, beliau memberikan sebuah kesan positif kepada para peserta IPLF dengan sosoknya yang tegas serta berdedikasi tinggi terlebih pada para penerus bangsa. Pada materi Ideologi Politik Strategi dan taktik (ideopolstratak) yang beliau sampaikan, menggugah semua peserta IPLF 2016 serta membuka lebar – lebar pengetahuan dasar para peserta mengenai dunia politik. Pada sesi terakhir anggota DPD RI tersebut memperkenalkan staff kerja beliau, ini menunjukkan bahwa ibu Intsiawati Ayus SH., MH sangatlah ramah serta sangat menghargai siapapun, hal tersebut juga ditunjukkan pada sesi foto bersama dimana beliau yang langsung menghampiri para peserta sehingga lebih terkesan kedekatan antara peserta dengan pemateri ideopolstratak tersebut. Seusai sesi materi ideopolstratak para peserta laki – laki melaksanakan sholat Jum’at bersama, tidak hanya peserta namun para badan pengawas (BP) dan badan pengurus harian (BPH) juga mengikuti sholat Jum’at bersama yang dilaksanakan di musholla hotel. Kebersamaan tingkat relegius pun di sini ditingkatkan.
gambar 3 : pemaparan materi oleh bapak Saparudin Koto, S.P.

Kemudian materi ke-empat adalah Advokasi dan Media Advokasi dibawakan oleh Bapak Saparudin Koto, S.P. beliau mengatakan bahwa media adalah wadah yang bagus dalam advokasi, media kini telah menjadi wadah propaganda sehingga tidak lagi sebagai penyambung lidah masyarakat hal ini terutama pada media elektronik, oleh sebab itu Bapak Saparudin menghimbau agar para mahasiswa lebih aktif dalam membuat artikel yang aktual serta informatif yang kemudian di publikasikan melalui media cetak salah satunya adalah koran, sebelum koran mengalami pergeseran makna. Media menurut Bapak Saparudin sebagai alat yang dapat mendukung terciptanya, penyebaran dan untuk mempertahankan kelanjutan wacana. Sehingga merupakan alasan yang sangat ideal apabila advokasi yang cermat, terencana, terorganisir dalam melakukan pembelaan atau mendorong perubahan terkait kebijakan dengan menggunakan alat berupa media. 
Bapak Noffendri Roestam, Sekjend IAI membawakan tema ‘Apa Kabar Apoteker Indonesia’. Dalam materi tersebut beliau menggantikan ketua IAI yaitu bapak Drs. Nurul Falah Edy Pariang, Apt. yang berhalangan hadir. Dalam topik bahasan yang dibawakan Bapak Noffrendri menekankan bahwa yang dibutuhkan apoteker saat ini bukanlah paying hukum yang jelas melainkan eksistensi apoteker-lah yang ditingkatkan, sehingga keberadaan para apoteker di era pharmaceutical care lebih terlihat dan dikenal oleh masyarakat. Melalui program DAGUSIBU serta Gema Cermat harapan pengurus IAI adalah mampu meningkatkan eksistensi tersebut, namun apabila tidak diindahkan maka “harapan tetaplah akan menjadi harapan kosong”. Materi terakhir pada IPLF 2016 ialah “Prospek Pergerakan Mahasiswa di Era Globalisasi” yang diisi oleh Andreas Fransisco. Singkat materi, Kak Andreas menjelaskan tentang sejarah perjuangan para pemuda Indonesia sejak dulu hingga saat ini. Dalam penyampaian terlihat jelas korelasi atas materi ini dengan materi ketiga, dimana pelaksanaan aksi melibatkan politik namun diperlukan proporsi yang tepat untuk menghasilkan pergerakan yang mencapai sasaran. 
Setelah semua materi di berikan, para peserta melakukan FGD atau Focus Group Discussion bersama badan pengurus harian (BPH) ISMAFARSI, dalam FGD tersebut para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok kecil sehingga mempermudah dalam melaksanakan sharing. FGD tersebut juga bertujuan seberapa dalam para peserta mampu mencerna semua materi yang telah diberikan serta seberapa dalam tanggapan para peserta untuk kemajuan ISMAFARSI, namun di antara diskusi tersebut diselingi curhatan dari para peserta yang banyak menguras emosi, keresahan para peserta akan dunia kefarmasian serta perkuliahan dituangkan dan dileburkan pada moment FGD tersebut. Di FGD ini juga tidak hanya curhatan yang menguras emosi, ada juga gelak canda tawa ceria dari para peserta sehingga lebih mempererat persaudaraan diantara sesama peserta yang baru dipertemukan pada IPLF 2016. Hari ketiga pelaksanaan IPLF 2016 lebih difokuskan untuk diskusi mulai dari diskusi masalah ISMAFARSI masa lalu, kini dan masa depan yang dipandu oleh Sekjend ISMAFARSI hingga diskusi mengenai permasalahan yang ada di tiap-tiap wilayah ISMAFARSI. Tak ketinggalan pula diskusi mengenai life plan dari tiap-tiap peserta IPLF kedepannya baik berkiprah di ISMAFARSI maupun di kampus masing-masing. Diskusi mengenai keadaan ISMAFARSI lebih menekankan bagaimana harapan dari pengurus ISMAFARSI (dulu maupun saat ini) kepada pengurus berikutnya untuk menjadikan ISMAFARSI menjadi lebih baik lagi. Sedangkan diskusi mengenai permasalahan wilayah lebih fokus kepada bagaimana cara dari tiap-tiap wilayah untuk dapat berkoordinasi sehingga dapat menjalankan program kerja yang diagendakan.
Malam keakraban telah di depan mata, para peserta merasa tak tenang, perasaan deg – degan ­mulai melanda, semua menjadi satu menunggu panggilan kelompok untuk menampilakan pertunjukkan istimewa tentang “bhinneka Tungga Ika”, malam keakraban berjalan dengan antusias yang tinggi dari peserta, merasa bahwa ini adalah malam terakhir untuk pertemuan singkat yang melelahkan maka para peserta meluapkan semuanya di malam tersebut, tak ada lagi materi yang memberatkan tak ada lagi pulpen ataupun kertas sebagai alat untuk menjatuhkan statement pembicara dengan pertanyaan – pertanyaan yang kritis, yang ada saat ini adalah keceriaan melepas semua penat yang di rasakan.
Esok pagi para peserta di bagi kembali menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan outbond mengelilingi kota Pekanbaru dengan menyambangi pusat keramaian. Dalam outbond ini terdapat empat pos yang berlokasi ditempat-tempat favorit di Pekan Baru. Antara lain Perpustakaan Wilayah, Masjid Agung An-Nur, Taman Kota, dan MTQ. Peserta dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana tiap kelompoknya terdiri dari tujuh orang peserta. Kemudian tiap anggota kelompok diminta untuk mengumpulkan seluruh barang berharganya (handphone, uang) dan kemudian diberikan uang sebesar Rp 70.000,00. Peserta juga diberikan tantangan yaitu siapa yang paling cepat kembali ke titik kumpul setelah mengelilingi keempat pos dan yang sisa uang paling banyak ialah pemenangnya. Namun, makna mendalam dalam outbond tersebut ialah bagaimana para pelaku organisasi mampu memanagement uang seberapapun besar nominalnya untuk mencapai tujuan akhir, karena dana merupakan faktor motorik organisasi, tak ada dana maka organisasi tak akan jalan.
Hingga pada akhirnya jam 12 waktu Indonesia bagian barat telah datang, maka segala rutinitas telah usai, serangkaian kegiatan telah berakhir kini sesi perpisahan. Bila ada pertemuan maka pastilah ada perpisahan, perpisahan selalu menyedihkan namun melalui perpisahan kita akan belajar seberapa pentingnya arti pertemuan, melalui perpisahan kita akan saling menguatkan serta akan menjaga semua moment indah pada pertemuan kelak. Bertemu dengan orang – orang hebat di seluruh Indonesia dan menyulam kisah perjuangan bersama merupakan pengalaman yang tidak akan bisa ditawar dengan harga seberapapun. Dengan lantang kami yang peserta IPLF 2016 yang telah dipertemukan menyuarakan “Kami siap menjadi penerus ISMAFARSI, Kamilah Golden Generation, maka Kamilah RESEPTOR sang penerima rangsang yang berperan mengubah rangsang”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar