Indonesian
Pharmaceutical Leadership Forum (IPLF) atau yang lebih
dikenal dengan nama lawasnya yaitu Latihan Kepemimpinan Managerial Mahasiswa
Farmasi tingkat III (LKMMF III) merupakan salah satu dari program kerja staff
Ahli Profesi dan Development ISMAFARSI yang dilaksanakan selama 3 hari yaitu
selama 18 – 21 Februari 2016 dengan STIFAR Riau yang bertindak sebagai tuan
rumah pelaksana. Pekanbaru adalah kota yang dikenal sebagai Kota Lancah Kuning
ini menjadi saksi bisu lahirnya kader – kader muda (Golden Generation)
ISMAFARSI. Bertempat di Mona Plaza Hotel, sebanyak 82 mahasiswa/mahasiswi Farmasi
Strata 1 yang terdiri dari 36 Perguruan Tinggi Farmasi Negeri maupun Swasta
digembleng untuk menjadi penerus tonggak kepemimpinan ISMAFARSI.
gambar 1 : screening IPLF 2016
IPLF
2016 di awali dengan screening peserta yang dilakukan oleh Badan Pengawas dan
Badan Pengurus Harian di ISMAFARSI. Screening sendiri dilakukan untuk melihat
kesiapan peserta sebelum mengikuti IPLF 2016 ini. Dalam proses screening
terdiri dari empat pos, yakni pos ke-ISMAFARSI-an, pos isu
kefarmasian, pos non isu (keadaan LEM bersangkutan dan kabinet ideal untuk ISMAFARSI),
serta pos pengembangan diri. Proses screening sendiri berlangsung mulai dari
tanggal 18 Februari pukul 13.00 WIB hingga 19 Februari 2016 pukul 03.00 WIB.
Selain melalui proses screening persiapan peserta dalam mengikuti IPLF 2016 ini
juga dilihat dengan pretest yang dilaksanakan pada tanggal 19 Februari 2016
pukul 7.30 WIB. Disela
– sela proses screening, para peserta memperoleh materi mengenai Self Branding.
Dari materi ini saya mendapatkan kesimpulan bahwa setiap individu haruslah
menciptakan branding nya sendiri-sendiri. Branding tiap individu haruslah unik,
sulit untuk ditiru, kreatif, dan mudah dikenal. Kegiatan IPLF 2016
dibuka dengan sambutan yang hangat dari tuan rumah, STIFA Riau. Budaya khas
Melayu kental dalam pembukaan acara ini. Mulai dari pakaian adat yang dikenakan
oleh pembawa acara hingga suguhan paduan suara yang menyanyikan lagu daerah
khas Pekan Baru.
Dihari
kedua pelaksanaan IPLF 2016 peserta memperoleh banyak sekali pengetahuan baru
yang disampaikan oleh orang-orang luar biasa di kalangannya, diantaranya adalah
Kontektualisasi Peranan Partisipasi ISMAFARSI terhadap Peningkatan Mutu
Kefarmasian Indonesia disampaikan oleh Ketua APTFI, Ideologi Politik Strategi
dan Taktik disampaikan oleh anggota DPD RI, Advokasi dan Advokasi Media
disampaikan oleh Media Massa Riau dan TV Nasional, Apa Kabar Apoteker Indonesia
disampaikan oleh Ketua IAI, dan Prospek Pergerakan Mahasiswa di Era Globalisasi
disampaikan oleh Presma Universitas Riau.
Pada Materi pertama yang disampaikan oleh Ketua APTFI
yaitu Prof. Daryono Hadi
Tjahjono, terbersit
sebuah harapan kepada setiap PTN maupun PTS untuk memiliki Program Studi
Pendidikan Apoteker (PSPA) hal ini dikarenakan agar tidak adanya lagi lulusan
Strata 1 Farmasi yang “Menganggur” lantaran menunggu pembukaan pendaftaran PSPA
di perguruan tinggi lain. “Dengan adanya PSPA tersebut semoga harapan kami
untuk menyamakan kurikulum bisa terealisasikan”, menurut pak Daryono selaku
Ketua APTFI yang disampaikan pada para peserta IPLF 2016 pada 19 Februari 2016.
Namun, dalam pernyataan tersebut dirasa masih ada kekurangan yaitu bagaimana
dengan nasib perguruan tinggi yang masih terakreditasi C. Dalam pengajuan
permohonan pembukaan sebuah PSPA salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah
terakreditasi B, penerapan PSPA di setiap perguruan tinggi akan menghadapi
jalan dengan banyaknya batu kerikil ini disebabkan tidak adanya batasan dari
para stakeholder dalam memberikan izin pendirian program studi Farmasi baru
sehingga fenomena yang terjadi adalah menjamurnya program studi farmasi yang
terakreditasi C.
gambar 2 : foto bersama ibu Intsiawati Ayus SH.,
MH
Materi selanjutnya yaitu disampaikan langsung oleh
anggota DPD RI, beliau memberikan sebuah kesan positif kepada para peserta IPLF
dengan sosoknya yang tegas serta berdedikasi tinggi terlebih pada para penerus
bangsa. Pada materi Ideologi Politik Strategi dan taktik (ideopolstratak) yang
beliau sampaikan, menggugah semua peserta IPLF 2016 serta membuka lebar – lebar
pengetahuan dasar para peserta mengenai dunia politik. Pada sesi terakhir
anggota DPD RI tersebut memperkenalkan staff kerja beliau, ini menunjukkan
bahwa ibu Intsiawati
Ayus SH., MH sangatlah ramah serta sangat
menghargai siapapun, hal tersebut juga ditunjukkan pada sesi foto bersama
dimana beliau yang langsung menghampiri para peserta sehingga lebih terkesan
kedekatan antara peserta dengan pemateri ideopolstratak tersebut. Seusai sesi
materi ideopolstratak para peserta laki – laki melaksanakan sholat Jum’at
bersama, tidak hanya peserta namun para badan pengawas (BP) dan badan pengurus
harian (BPH) juga mengikuti sholat Jum’at bersama yang dilaksanakan di musholla
hotel. Kebersamaan tingkat relegius pun di sini ditingkatkan.
gambar 3 : pemaparan materi oleh bapak Saparudin Koto, S.P.
Kemudian materi
ke-empat adalah Advokasi dan Media Advokasi dibawakan oleh Bapak Saparudin
Koto, S.P. beliau mengatakan bahwa
media adalah wadah yang bagus dalam advokasi, media kini telah menjadi wadah
propaganda sehingga tidak lagi sebagai penyambung lidah masyarakat hal ini
terutama pada media elektronik, oleh sebab itu Bapak Saparudin menghimbau agar
para mahasiswa lebih aktif dalam membuat artikel yang
aktual serta informatif yang kemudian
di publikasikan melalui media cetak salah satunya adalah koran, sebelum koran
mengalami pergeseran makna. Media menurut Bapak Saparudin sebagai
alat yang dapat mendukung terciptanya, penyebaran dan untuk mempertahankan
kelanjutan wacana. Sehingga
merupakan alasan yang sangat ideal apabila advokasi yang cermat,
terencana, terorganisir dalam melakukan pembelaan atau mendorong perubahan
terkait kebijakan dengan
menggunakan alat berupa media.
Bapak Noffendri
Roestam, Sekjend IAI membawakan tema ‘Apa Kabar Apoteker Indonesia’. Dalam materi tersebut beliau menggantikan ketua IAI
yaitu bapak Drs. Nurul Falah
Edy Pariang, Apt. yang berhalangan hadir. Dalam topik bahasan yang
dibawakan Bapak Noffrendri menekankan bahwa yang dibutuhkan apoteker saat ini
bukanlah paying hukum yang jelas melainkan eksistensi apoteker-lah yang
ditingkatkan, sehingga keberadaan para apoteker di era pharmaceutical care lebih terlihat dan dikenal oleh masyarakat.
Melalui program DAGUSIBU serta Gema Cermat harapan pengurus IAI adalah mampu
meningkatkan eksistensi tersebut, namun apabila tidak diindahkan maka “harapan
tetaplah akan menjadi harapan kosong”. Materi terakhir pada IPLF 2016 ialah
“Prospek Pergerakan Mahasiswa di Era Globalisasi” yang diisi oleh Andreas
Fransisco. Singkat materi, Kak
Andreas menjelaskan tentang sejarah perjuangan para pemuda Indonesia sejak dulu
hingga saat ini. Dalam penyampaian terlihat jelas
korelasi atas materi ini dengan materi ketiga, dimana pelaksanaan aksi
melibatkan politik namun diperlukan proporsi yang tepat untuk menghasilkan
pergerakan yang mencapai sasaran.
Setelah
semua materi di berikan, para peserta melakukan FGD atau Focus Group Discussion bersama badan pengurus harian (BPH)
ISMAFARSI, dalam FGD tersebut para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok
kecil sehingga mempermudah dalam melaksanakan sharing. FGD tersebut juga
bertujuan seberapa dalam para peserta mampu mencerna semua materi yang telah
diberikan serta seberapa dalam tanggapan para peserta untuk kemajuan ISMAFARSI,
namun di antara diskusi tersebut diselingi curhatan dari para peserta yang
banyak menguras emosi, keresahan para peserta akan dunia kefarmasian serta
perkuliahan dituangkan dan dileburkan pada moment FGD tersebut. Di FGD ini juga
tidak hanya curhatan yang menguras emosi, ada juga gelak canda tawa ceria dari
para peserta sehingga lebih mempererat persaudaraan diantara sesama peserta
yang baru dipertemukan pada IPLF 2016. Hari ketiga
pelaksanaan IPLF 2016 lebih difokuskan untuk diskusi mulai dari diskusi masalah
ISMAFARSI masa lalu, kini dan masa depan yang dipandu oleh Sekjend ISMAFARSI
hingga diskusi mengenai permasalahan yang ada di tiap-tiap wilayah ISMAFARSI.
Tak ketinggalan pula diskusi mengenai life plan dari tiap-tiap peserta IPLF
kedepannya baik berkiprah di ISMAFARSI maupun di kampus masing-masing. Diskusi
mengenai keadaan ISMAFARSI lebih menekankan bagaimana harapan dari pengurus
ISMAFARSI (dulu maupun saat ini) kepada pengurus berikutnya untuk menjadikan
ISMAFARSI menjadi lebih baik lagi. Sedangkan diskusi mengenai permasalahan
wilayah lebih fokus kepada bagaimana cara dari tiap-tiap wilayah untuk dapat
berkoordinasi sehingga dapat menjalankan program kerja yang diagendakan.
Malam
keakraban telah di depan mata, para peserta merasa tak tenang, perasaan deg – degan mulai melanda, semua
menjadi satu menunggu panggilan kelompok untuk menampilakan pertunjukkan
istimewa tentang “bhinneka Tungga Ika”, malam keakraban berjalan dengan
antusias yang tinggi dari peserta, merasa bahwa ini adalah malam terakhir untuk
pertemuan singkat yang melelahkan maka para peserta meluapkan semuanya di malam
tersebut, tak ada lagi materi yang memberatkan tak ada lagi pulpen ataupun
kertas sebagai alat untuk menjatuhkan statement pembicara dengan pertanyaan –
pertanyaan yang kritis, yang ada saat ini adalah keceriaan melepas semua penat
yang di rasakan.
Esok
pagi para peserta di bagi kembali menjadi beberapa kelompok untuk melaksanakan outbond mengelilingi kota Pekanbaru
dengan menyambangi pusat keramaian. Dalam outbond ini
terdapat empat pos yang berlokasi ditempat-tempat favorit di Pekan Baru. Antara
lain Perpustakaan Wilayah, Masjid Agung An-Nur, Taman Kota, dan MTQ. Peserta
dibagi kedalam beberapa kelompok, dimana tiap kelompoknya terdiri dari tujuh
orang peserta. Kemudian tiap anggota kelompok diminta untuk mengumpulkan
seluruh barang berharganya (handphone, uang) dan kemudian diberikan uang
sebesar Rp 70.000,00. Peserta juga diberikan tantangan yaitu siapa yang paling
cepat kembali ke titik kumpul setelah mengelilingi keempat pos dan yang sisa
uang paling banyak ialah pemenangnya. Namun, makna mendalam dalam outbond tersebut ialah
bagaimana para pelaku organisasi mampu memanagement uang seberapapun besar
nominalnya untuk mencapai tujuan akhir, karena dana merupakan faktor motorik
organisasi, tak ada dana maka organisasi tak akan jalan.
Hingga
pada akhirnya jam 12 waktu Indonesia bagian barat telah datang, maka segala
rutinitas telah usai, serangkaian kegiatan telah berakhir kini sesi perpisahan.
Bila ada pertemuan maka pastilah ada perpisahan, perpisahan selalu menyedihkan
namun melalui perpisahan kita akan belajar seberapa pentingnya arti pertemuan,
melalui perpisahan kita akan saling menguatkan serta akan menjaga semua moment
indah pada pertemuan kelak. Bertemu dengan orang – orang hebat di seluruh
Indonesia dan menyulam kisah perjuangan bersama merupakan pengalaman yang tidak
akan bisa ditawar dengan harga seberapapun. Dengan lantang kami yang peserta
IPLF 2016 yang telah dipertemukan menyuarakan “Kami siap menjadi penerus
ISMAFARSI, Kamilah Golden Generation, maka Kamilah RESEPTOR sang penerima rangsang yang berperan mengubah rangsang”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar