Selasa, 04 April 2017

Die et Nocte



Die et Nocte berasal dari bahasa latin (Die berarti hari/siang) dan (Nocte berarti malam), sehingga Die et Nocte secara keselurahan berarti Siang dan Malam. Namun, dalam novel fiktif ini lebih mengarah pada makna “Senja”, dimana saat bertemunya langit Siang dengan Malam. Sebuah fenomena lembayung Senja saat dimana keindahan tiada terkira tercipta.
Disaat itulah aku, Ryan Svastika bertemu secara tak sengaja dengan Aisyah Rani seorang mahasiswi jurusan Farmasi dan juga relawan panti jompo lalu bertransformasi menjadi seorang Apoteker dengan paras begitu menawan. Rani merupakan perempuan yang begitu menaati perintah Agama, hal itulah yang membuatku menyukainya. Dengan paras sayu meneduhkan dihiasi kacamata penutup kedua bola mata indahnya, tutur ucap begitu santun dan senyum ramah merupakan harta termahal baginya Sedangkan aku yang berasal dari keluarga “Svastika” memiliki seorang ibu bernama Ranti Svastika yang menjadi single parent semenjak bapak ku, Arya Svastika, meninggal dunia. Ibu merupakan sosok yang lemah lembut namun sangat mengharapkan bila aku akan mempunyai hubungan serius dengan Dewi.
Saat bertemu dengan Rani, aku masih menyandang status sebagai mahasiswa jurusan Kedokteran bersama dengan kedua sahabat ku, Faris dan Andrew. Aku dan kedua sahabatku tersebut akhirnya bekerja di Rumah Sakit yang sama dan disinilah kami bertiga bertemu dengan perawat Lusi, Sinta dan juga Dewi. Dewi adalah masalalu ku, hubungan ku dengan dia harus kandas karena ia mendua dengan Derry, teman ku. Aku yang merasa kecewa berharap tak pernah lagi bertemu dengannya, tapi di luar dugaan, Dewi ternyata mampu melakukan tindakan yang ia anggap sebagai “penebus dosa” sehingga membuat ku justru berterimakasih dengannya. Sedangkan perawat Lusi, dia adalah wanita yang selalu sigap bila kami para dokter memerlukan bantuan segera, entah mengapa dimana ada kejadian darurat ia selalu ada di area sekitar. Sinta merupakan sekretaris ku, ia adalah korban perasaan. Sinta sempat di buat terluka saat hari pernikahannya, mempelai pria yang sudah berpacaran cukup lama meninggalkannya tanpa sebab dan alasan yang masuk akal.
Pertemuan ku dengan Rani membuat banyak perubahan teruntukku, terutama saat aku mulai sering ikut bersamanya menjadi relawan di sebuah panti dan bertemu dengan Kakek yang tak pernah lelah memberi wejangan kepada ku dan Rani. Karena sebuah kesalah pahaman, saat Rani harus melihat Dewi bersandar di pundakku membuat aku dan Rani tak bertemu selama satu tahun. Namun waktu membuktikan kuasanya, waktu mempertemukan antara aku dan Rani dengan cara yang tak terduga, yaitu menjadikan Rani sebagai apoteker di Rumah Sakit yang sama dengan ku.
Di Rumah Sakit inilah kisah antara aku dan Rani dimulai kembali. Namun, Dewi hadir membawa suasana menjadi di luar skenario. Dewi juga menjadi bagian dari Rumah Sakit sebagai ahli anestesi. Suasana Rumah Sakit yang begitu kompleks, membuatnya sulit di tebak. Tak sedikit aku harus mendapatkan operasi secara mendadak, lelah sudah pasti tapi inilah caraku mengabdi. Tak hanya pasien yang memberi warna, tapi juga kehadiran Dewi sang masalalu dan juga Rani si masadepan mampu memberikan sumbangsih warna
Ketika Senja memberikan bukti dengan pertemuan insan yang terbuai cinta, aku mulai merubah stigma ku kepada Senja. Berawal dari “Senja yang begitu menghangatkan, menyenangkan, mendamaikan serta menenggelamkan semua kenangan bersamanya” berubah menjadi “Senja akan selalu menjadi saksi, harap berbisik semoga abadi, kisah antara aku bersama Rani”. Perjuanganku tak berhenti, aku harus menghadapi ibu ku sendiri saat akan mengenalkan Rani sebagai calon istriku. Ibu yang terlalu berharap pada Dewi, membuatnya merasa tak mampu menerima kehadiran wanita lain untuk bersanding dengan ku. Pertengkaran maha dahsyat antara aku dengan ibu pun tak terelakkan. Namun disaat dua wanita terluka, lagi dan lagi Dewi mampu menjadi hal tak terduga, hadir dan memberikan warna cerah.

“Demi senja… aku pertaruhkan nyawa untuk yang tercinta.
Di bawah langit senja… kita ukir sejarah tentang kita berdua.
Karena senja… kita bertemu dan menyatu di singgasana
Untuk senja… kamu… yang begitu sempurna dengan indahnya bola mata
Wahai senja yang menghangatkan, menyenangkan dan begitu mendamaikan
Kan ku ukir, kisah kami berdua di langit senja
Tentang hari ini, kemarin hingga esok lusa
Tetaplah selalu menjadi saksi, harap berbisik semoga abadi, kisah antara aku bersamanya
Dan… teruslah menjadi senja teruntuk kami yang sedang di mabuk asmara, terbuai cinta tanpa terjebak ruang nostalgia”

Sajak puisi yang menjadi sumpah janji hubungan antara aku dengan Rani. Sumpah yang terucap saat Rasa berada di penghujung Senja.


Note : untuk keseluruhan naskah dapat dibaca pada Die et Nocte

Tidak ada komentar:

Posting Komentar