Die et Nocte
berasal dari bahasa latin (Die berarti
hari/siang) dan (Nocte berarti
malam), sehingga Die et Nocte secara
keselurahan berarti Siang dan Malam. Namun, dalam novel fiktif ini lebih
mengarah pada makna “Senja”, dimana saat bertemunya langit Siang dengan Malam.
Sebuah fenomena lembayung Senja saat dimana keindahan tiada terkira tercipta.
Disaat
itulah aku, Ryan Svastika bertemu secara tak sengaja dengan Aisyah Rani seorang
mahasiswi jurusan Farmasi dan juga relawan panti jompo lalu bertransformasi
menjadi seorang Apoteker dengan paras begitu menawan. Rani merupakan perempuan
yang begitu menaati perintah Agama, hal itulah yang membuatku menyukainya.
Dengan paras sayu meneduhkan dihiasi kacamata penutup kedua bola mata indahnya,
tutur ucap begitu santun dan senyum ramah merupakan harta termahal baginya Sedangkan
aku yang berasal dari keluarga “Svastika” memiliki seorang ibu bernama Ranti
Svastika yang menjadi single parent
semenjak bapak ku, Arya Svastika, meninggal dunia. Ibu merupakan sosok yang
lemah lembut namun sangat mengharapkan bila aku akan mempunyai hubungan serius
dengan Dewi.
Saat
bertemu dengan Rani, aku masih menyandang status sebagai mahasiswa jurusan
Kedokteran bersama dengan kedua sahabat ku, Faris dan Andrew. Aku dan kedua
sahabatku tersebut akhirnya bekerja di Rumah Sakit yang sama dan disinilah kami
bertiga bertemu dengan perawat Lusi, Sinta dan juga Dewi. Dewi adalah masalalu
ku, hubungan ku dengan dia harus kandas karena ia mendua dengan Derry, teman
ku. Aku yang merasa kecewa berharap tak pernah lagi bertemu dengannya, tapi di
luar dugaan, Dewi ternyata mampu melakukan tindakan yang ia anggap sebagai
“penebus dosa” sehingga membuat ku justru berterimakasih dengannya. Sedangkan
perawat Lusi, dia adalah wanita yang selalu sigap bila kami para dokter
memerlukan bantuan segera, entah mengapa dimana ada kejadian darurat ia selalu
ada di area sekitar. Sinta merupakan sekretaris ku, ia adalah korban perasaan.
Sinta sempat di buat terluka saat hari pernikahannya, mempelai pria yang sudah
berpacaran cukup lama meninggalkannya tanpa sebab dan alasan yang masuk akal.
Pertemuan
ku dengan Rani membuat banyak perubahan teruntukku, terutama saat aku mulai
sering ikut bersamanya menjadi relawan di sebuah panti dan bertemu dengan Kakek
yang tak pernah lelah memberi wejangan
kepada ku dan Rani. Karena sebuah kesalah pahaman, saat Rani harus melihat Dewi
bersandar di pundakku membuat aku dan Rani tak bertemu selama satu tahun. Namun
waktu membuktikan kuasanya, waktu mempertemukan antara aku dan Rani dengan cara
yang tak terduga, yaitu menjadikan Rani sebagai apoteker di Rumah Sakit yang
sama dengan ku.
Di
Rumah Sakit inilah kisah antara aku dan Rani dimulai kembali. Namun, Dewi hadir
membawa suasana menjadi di luar skenario. Dewi juga menjadi bagian dari Rumah
Sakit sebagai ahli anestesi. Suasana Rumah Sakit yang begitu kompleks,
membuatnya sulit di tebak. Tak sedikit aku harus mendapatkan operasi secara
mendadak, lelah sudah pasti tapi inilah caraku mengabdi. Tak hanya pasien yang
memberi warna, tapi juga kehadiran Dewi sang masalalu dan juga Rani si
masadepan mampu memberikan sumbangsih warna
Ketika
Senja memberikan bukti dengan pertemuan insan yang terbuai cinta, aku mulai
merubah stigma ku kepada Senja. Berawal dari “Senja yang begitu menghangatkan, menyenangkan, mendamaikan serta
menenggelamkan semua kenangan bersamanya” berubah menjadi “Senja akan selalu menjadi saksi, harap
berbisik semoga abadi, kisah antara aku bersama Rani”. Perjuanganku tak
berhenti, aku harus menghadapi ibu ku sendiri saat akan mengenalkan Rani
sebagai calon istriku. Ibu yang terlalu berharap pada Dewi, membuatnya merasa
tak mampu menerima kehadiran wanita lain untuk bersanding dengan ku.
Pertengkaran maha dahsyat antara aku dengan ibu pun tak terelakkan. Namun
disaat dua wanita terluka, lagi dan lagi Dewi mampu menjadi hal tak terduga,
hadir dan memberikan warna cerah.
“Demi senja… aku pertaruhkan nyawa
untuk yang tercinta.
Di bawah langit senja… kita ukir
sejarah tentang kita berdua.
Karena senja… kita bertemu dan
menyatu di singgasana
Untuk senja… kamu… yang begitu sempurna
dengan indahnya bola mata
Wahai senja yang menghangatkan,
menyenangkan dan begitu mendamaikan
Kan ku ukir, kisah kami berdua di
langit senja
Tentang hari ini, kemarin hingga
esok lusa
Tetaplah selalu menjadi saksi,
harap berbisik semoga abadi, kisah antara aku bersamanya
Dan… teruslah menjadi
senja teruntuk kami yang sedang di mabuk asmara, terbuai cinta tanpa terjebak
ruang nostalgia”
Sajak
puisi yang menjadi sumpah janji hubungan antara aku dengan Rani. Sumpah yang
terucap saat Rasa berada di penghujung Senja.
Note : untuk keseluruhan naskah dapat dibaca pada Die et Nocte