Dalam
pelaksanaan tugas Follow Up IPLF 2016
mengenai pengabdian non profesi, tepat tanggal 1 Mei telah dilaksanakan kegiatan
Farmasi Mengajar (FAJAR) di sebuah desa kecil nan indah yang bernama Desa Pledokan,
Kec. Sumowono, Semarang. Kegiatan tersebut merupakan gagasan dari alumni IPLF
2016 yang kemudian ditularkan kepada alumni LK II ISMAFARSI dari 4 LEM anggota ISMAFARSI wilayah Joglosepur khususnya
distrik Semarang yaitu UNISSULA, UNWAHAS, STIFAR Semarang, serta STIKES Ngudi Waluyo
Ungaran dengan total volunteer yaitu
13 orang.
Kegiatan
Farmasi Mengajar (FAJAR) yang dilaksanakan di desa Pledokan tersebut mendapat respon
positif oleh warga setempat, salah satunya kang Walji yang merupakan salah satu
pemeran dalam film “Merah Putih” yang sekaligus pemilik sanggar baca “Uplik”.
kegiatan FAJAR ini juga bekerjasama dengan komunitas 1000 guru regional
Semarang, komunitas tersebut melalui Syaiful Ulum telah banyak memberikan pencerahan
dalam pelaksanaan pengabdian masyarakat yang merupakan kelanjutan dari Indonesian Pharmaceutical Leadership Forum (IPLF)
2016 di Pekanbaru Riau pada bulan Maret lalu.
Kegiatan berlangsung sejak pagi pukul 06.30 WIB dimulai dengan senam pagi bersama sekitar 30 anak desa Pledokan dengan rentang usia PAUD hingga kelas 6 SD.
Kegiatan
selanjutnya yaitu pengenalan perbedaan sampah organic dan anorganik. Tidak hanya
mengenalkan saja, tapi kami juga mengajak adik-adik turun langsung dalam membersihkan
lingkungan desa dari sampah yang langsung dipisahkan antara sampah organik dengan
anorganik. Sampah yang telah terkumpul kemudian nantinya akan di olah menjadi kompos
atau biogas teruntuk sampah organik, dan untuk sampah anorganik akan di daur ulang
menjadi barang yang lebih berguna.
Pukul
07.30 WIB aksi bersih-bersih lingkungan desa telah selesai kemudian dilanjutkan
dengan kegiatan cuci tangan bersama.
Setelah cuci tangan bersama, kegiatan dilanjutkan dengan belajar bersama. Dengan konsep Study have fun, adik-adik tersebut di bagi dalam beberapa kelompok kecil untuk mempermudahkan dalam pembelajaran. Diantara pelajaran tentang membaca, menulis, dan berhitung (calistung) kami juga menyisipkan beberapa permainan sederhana agar suasana belajar tetap serius namun santai.
Proses
pembelajaran selama kurang lebih satu setengah jam tersebut akhirnya dilanjutkan
dengan bermain bersama, kami bermain sebuah permainan “benteng” yaitu permainan
dimana kita harus menjaga sebuah benteng kita dari gangguan dari luar atau lawan
kita, namun tidak hanya bertahan permainan ini sekaligus mengajarkan strategi dalam
menyerang untuk bisa menembus kepertahanan lawan. “benteng” merupakan permainan
sederhana yang mengajarkan untuk bertahan sekaligus menyerang.
“Antusias
dari para siswa perpustakaan Uplik lah yang menambah semangat kami dalam mengajarkan
pelajaran non formal pada mereka, bahkan mereka rela berjalan ratusan meter
dari rumah mereka menuju perpustakaan Uplik.” kata salah satu volunteer
kegiatan FAJAR.
Kegiatan
FAJAR sendiri terdiri dari 3 rangkaian kegiatan yang akan dilaksanakan pada tangal
1, 15, dan 29 Mei dengan harapan semoga adik-adik siswa sanggar baca Uplik mampu
membaca, menulis, berhitung dengan lancar serta mampu mengembangkan potensi softskill mereka dengan memanfaatkan kondisi
lingkungan, salah satunya dengan mengubah sampah menjadi barang yang lebih berguna
“Desa
Pledokan sangat terbuka untuk kegiatan seperti ini, bahkan jika bisa, Desa Pledokan
siap apabila ingin di jadikan desa Farmasi, karena kita banyak memiliki tanaman
obat keluarga (toga) namun kita nggak tau bagaimana cara mengolahnya serta khasiatnya”
kata kang Walji kepada kami. Kata-kata kang Walji tersebut menjadi sebuah harapan
serta menjadi target jangka panjang kami untuk mewujudkan sebuah desa Farmasi.